Editorial Cartoon

Editorial Cartoon

Pemerintah Daerah Kab. Karawang, Jawa Barat

Pemerintah Daerah Kab. Karawang, Jawa Barat
Kantor Bupati Karawang

Tuesday, January 21, 2025

“KRPS” Oleh: HEIGEL

 


“KRPS”

 Oleh: HEIGEL

 

Alangkah aneh kita membaca tulisan di atas “KRPS” sulit memahaminya. Seorang penulis berkata, betapa pusingnya kita baca koran pagi bila semua huruf hidup (a, i, u, e, o) dikorupsi maka kalimat menjadi tak bermakna lagi.

 

Korupsi dibaca "KRPS". Bupati Karawang dibaca "BPT KRWNG", Nota Dinas dibaca jadi "NT DNS" dan Karang Taruna jadi “KRNG TRN” dan sebagainya.

 

Bayangkan jika hal itu terjadi, maka seluruh dokumentasi, berkas penting rahasia negara pun jadi tiada arti. Seluruh buku ilmu pengetahuan musnah tak bermakna lagi. Bhineka Tunggal Ika, ditulis "Bhnk Tnggl K". Berbeda-beda Tapi Satu Tujuan, menjadi "Brbd-bd Tp St Tjn". Artinya, korupsi dibidang apapun sangat merugikan.

 

Taufiequrachman Ruki Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 2015 mendefnisikan dua jenis korupsi. Pertama, korupsi sebab keserakahan. Korupsi model begini harus ditumpas. Kedua, korupsi karena kemiskinan.

 

Orang bijak sempat bingung memikirkan hal ini. Mengentaskan kemiskinan dengan cara BLT dilempar ke floor. "Anjing Menggonggong Berilah Tulang” padahal si miskin dimiskinkan secara struktural maupun kultural sekaligus pula miskin mental, mereka harus ditolong dan disejahterakan kehidupannya, bukan oleh uang BLT melainkan sistem. Buktinya Bansos dikorup juga.

 

Homo Sapiens Manusia harus makan. Kata Marx, "manusia bergerak karena perut”, nafsu, dan terjadilah eksistensi manusia digambarkan seperti dua orang buta yang meraba tubuh gajah. Yang satu meraba telinga, yang ke dua meraba gading hingga bentuk gajah tidak proporsional lagi.

 

Homo Homini Lupus, manusia adalah Serigala bagi sesamanya. Eksistensi manusia divisualisasikan dan diproyeksikan sebagai binatang, Serigala lapar yang serakah. Mencakar kiri-kanan alasan untuk makan yang tak pernah ada cukupnya. Keserakahan merajai dunia fana.

 

Serigala mencuri jatah orang-orang miskin dan merusak dana untuk kepentingan umum, bahkan negeri ini menjadi populer terkorup urutan nomor 5 se Asia Tenggara. Padahal aslinya nomor urut 1. Tapi karena "nyogok", Alhamdulillah negeri ini masih bisa bertahan diposisi juara 5 terkorup sampai saat ini.

 

Yang terbaru Presiden RI ke 7 Joko Widodo menjadi finalis tokoh terkorup di dunia tahun 2024 versi Organized Crime and Coruption Reporting Project (OCCRP).    

 

Mengerikan di zaman edan etika, moral dibuang ke tong sampah. Padahal sudah jelas eksistensi manusia adalah akal pikiran. Buktinya, apakah setelah perut kenyang dan seks (juga) kenyang, akal pikiran manusia pun ikut kenyang?

 

Boleh jadi hewan cukup puas hidup hanya dengan kebutuhan makan, minum dan seks, tapi Homo Sapiens (manusia) tidak bisa hidup tanpa pekerjaan yang bermakna, penghargaan yang positif dari orang lain dan dirinya sendiri.

 

Manusia makhluk yang berakal budi dan Tuhan tidak lebih jauh daripada kesadaran akal budi itu sendiri.

 

"Menuju Masyarakat yang Adil dan Makmur," kata Soekarno-Hatta. Pemimpin berakal budi punya jargon dahsyat. Meski demikian, ternyata permasalahan kita tidak pernah berubah sampai hari ini.

 

Bangsa yang terpuruk dan "terbelakang", pemalas dan tak mau memandang korupsi sebagai penyakit kusta kehidupan, melainkan "energi drink" yang bisa bikin badan gemuk dan sehat.

 

Kata dokter, kalau mata buta seluruh badan gelap, kalau ginjal tidak bekerja lagi, jantung, hati dan paru mulai rusak. Begitu juga negara. Tidak mungkin suatu tingkat busuk, korup, serakah, rakus dan jahat, sedangkan seluruh bangsa tetap baik serta sehat wal-afiat.

 

Pemimpin yang korup dan tidak bermoral, ketika dia mati pasti dikutuk tujuh turunan oleh rakyatnya sendiri. Dia menjadi "Iblis" yang diciptakan dari rasa bersalah manusia itu sendiri. Pergilah ke Neraka, kami mau pemimpin yang sanggup melindungi orang lemah.

 

Lihatlah sejarah manusia tak pernah lelah mencari pemimpin dari sesamanya. pemimpin besar dicari selama berabad-ahad. Hingga kini legenda para pemimpin besar terus dihidupkan, pasti akan datang Ratu Adil, Mahdi, Messiah, Wisnu adalah manusia dewa yang benar-benar seorang pemimpin sejati. Demikian penting.

 

Manusia selektif memilih moralitas pemimpinnya. Hingga dia bagai meteor yang jatuh dari langit. Pemimpin harus kuat, otot kawat tulang besi. Buktinya pemilihan umum lalu (Presiden, Gubemur. Bupati,) diikuti kandidat calon yang kuat saja, harap maklum.

 

Kepala daerah adalah kepala pemerintahan lokal yang berwenang dan bertanggungjawab melaksanakan seluruh kinerja pemerintahan daerah.

 

Gubemur dan Bupati mempunyai peranan penting yang sangat menentukan dalam penyelenggaraan negara Indonesia untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Rakyat berharap banyak pada pemimpinnya.

 

Rakyat berharap bagai anak kecil, yang hidupnya meloncat dari harapan kecil menuju harapan kecil lainnya. Seperti anak yang berharap diberi permen, dan sang pemimpin seperti sang kusir yang memegang wortel di depan hidung Keledai.

 

Namun yang terjadi sebaliknya, banyak pejabat kena OTT transaksi, gratifikasi, suap-menyuap, Komisioner KPU, Harun Masiku, Korupsi 271 Triliun Pengelolaan Timah, Korupsi BPJS Ketenagakerjaan 43 Triliun, Korupsi import gula, hingga Penyidik Senior KPK Novel Baswedan menduga kasus Korupsi Bansos Covid-19 mencapai 100 Triliun lebih.

Rumus korupsi menurut Robert Klitgaard adalah Korupsi = Monopoli + Diskresi - Akuntabilitas. Rumus ini menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan korupsi.

Penjelasannya, Monopoli adalah kekuasaan yang tidak terbagi. Diskresi adalah wewenang untuk mengambil keputusan tanpa pengawasan. Dan kurangnya akuntabilitas adalah tidak mempertanggungjawabkan tindakan.

 

Korupsi terjadi ketika seseorang memiliki kekuasaan monopoli, diskresi, dan kurangnya akuntabilitas. Dalam kondisi ini, orang cenderung menggunakan kekuasaan mereka untuk keuntungan pribadi.

 

Cepat lambat rakyat dengan sendirinya menjadi cerdas, padahal menjadikan rakyat sehat dan cerdas adalah jelas dan tegas merupakan tanggungjawab pemerintah yang nota-bene dipilih oleh rakyat dalam Pemilu. Oleh karena itu, demi keadilan, Kedaulatan Rakyat yang Agung itu jangan sampai di “Krps" menjadi "Kdltn Rkyt".

 

Kata Ronggo Warsito ini zaman edan (rusak), kalau gak ikut edan gak kebagian, namun pada akhirnya yang paling beruntung adalah orang yang sadar.