Doyok, Heddot, Ali Oncom, Otoy, Komik strip tahun 80-an |
OLEH : Heddy Yusuf
Pertama kali saya bertemu dengan Keliek Siswoyo, yang biasanya akrab dipanggil “Mas Keliek” pada tahun 1982, waktu itu saya masih anak SMA. Usia saya baru 17 tahun.
Singkatnya, saya diterima untuk mengisi kartun strip “Si Heddot” ukuran kertas folio, cerita lucu itu berisi 5 bingkai gambar, tema ceritanya tentang humor anak remaja saja. Dan beruntunglah saya, Mas Keliek bisa menerima saya. Awalnya tidak ada kontrak apapun saya dengan pihak Lembaran Bergambar (Lembergar) Pos Kota, saya mengisi rubrik itu pun hanya sekedar hobi, tidak berniat mencari uang tapi diberi honor perbulan yang dibayar oleh (alm) Mas Bar (Sabaryadi) redakturnya.
Waktu itu ide untuk membuat kartun strip “Si Heddot” mengalir begitu saja, maklum saat itu saya masih remaja bau kencur, saya hanya ingat masa zaman jadi kartunis di Lembergar Pos Kota adalah masa indah yang tidak terlupakan. Dan saya merasa beruntung mengenal sosok seniman besar seperti Keliek Siswoyo, banyak nasihat (waktu bicara serius) dari beliau yang kata-katanya baru saya mengerti pada hari ini.
“Kamu ini kalau kerja – menggambar maksudnya – yang sabar, masih untung Pos Kota mau bayar gambar kamu itu, Koran lain mana ada,” ujar Mas Keliek suatu hari pada saya.
Mas Keliek adalah seorang humoris sejati; bergaul, mengobrol, bermain, bekerja, menggambar dengannya selalu penuh canda, tertawa, ceria, bagi saya beliau seorang kakak yang sangat baik, tidak pernah marah atau membenci meskipun saya seringkali merepotan beliau.
Saya masih ingat waktu bekerja satu ruangan dengan beliau di Jl. Gajah Mada No.100, Lantai 5 Jakarta. Mas Keliek berteriak : “Kamu kapan kerjanya…!, menggambar melulu..!” katanya. Dan semua orang tertawa.
Saat itu teman seangkatan saya, Budi Prihono (Ali Oncom), Nino Artha (Noni), Koeswondo DS (Otoy), Mas Prie GS (Stink), Anton “Schwarzenegger” (Philun), Rachman (Komikus), Azis Gauraf (Komikus), Hadi Noor (Komikus). Sedangkan Keliek Siswoyo (Doyok), Dhika Kamesywara (Komikus), (alm) Mas Bar, Yudhi Rehata, Mas Amir (Komikus), semua itu adalah redaktur, mereka senior-senior saya di Lembergar Pos Kota.
Biasanya Anton sering diledek karena nama yang tertulis dalam karya kartunnya itulah justru yang jauh lebih lucu daripada isi ceritanya, “namanya kok, susah sekali disebutin,” kata Mas Keliek sambil senyam-senyum kanan-kiri. Teman lain bukan cuma senyum, tapi malah cekikikan. Kalau sudah begitu, sayalah ngedeketin Anton “Schwarzenegger” yang cemberut. Waktu itu memang masanya lagi gandrung film Terminator I yang dibintangi Arnold Schwarzenegger.
Hal lainnya, Mas Keliek kalau kerja – menggambar maksudnya – beliau tidak pernah pakai baju alias telanjang dada, bahkan koloran doang. Alasannya gerah, nggak suka AC, padahal karena rokok, keenakan konsentrasi menggambar “Doyok” rokok wajib mengepul menyala terus diatas asbak dihadapannya walaupun rokok itu tidak dihisapnya, bahkan sampai abunya panjang sekali. Kita yang junior suka candain, “mas abunya rokok tuh udah panjang, duit dibakarin,” sambil ngambil minta rokoknya dia, biasanya Mas Keliek diam saja karena kagok menggambar.
Soal tidak pake baju, Nino paling sebel karena kalau ada tamu, penggemar, pembaca atau pacar datang ke kantor Lembergar Pos Kota, pastinya Mas Keliek pakai baju dulu dirapih-rapih sedikit, tapi kemudian setelah tamu itu pergi, ya buka baju lagi, koloran lagi. Kami sering tertawa melihat tingkahnya. “Gerah,” ujar Mas Keliek.
Terlalu banyak kenangan indah yang terjadi bersama Keliek Siswoyo Cs, di Kantor Lembergar Pos Kota Lt 5 Jl. Gajah Mada 100 Jakarta. Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun. Selamat jalan Mas Keliek Siswoyo, engkau adalah kakak, guru dan seorang kartunis yang luar biasa di mata saya. Saya telah banyak membaca tulisan Seno Gumira Ajidarma, salah satunya “Sumbangan Doyok Bagi Jakarta.”
Tapi menurut saya "Sumbangan Doyok Bagi Indonesia" yang beruntung mempunyai tokoh kartunis besar seperti Keliek Siswoyo. Bagaimana tidak, beliau “betah” bekerja – menggambar maksudnya – setia selama empat puluh tahun lebih. Keliek Siswoyo berhasil memotret problematika kaum marjinal Ibu Kota Jakarta dalam karyanya.
“DoyoK” memang luar biasa. Alangkah baiknya pihak manajemen Pos Kota membukukan karya-karyanya. Karena sangat berharga bagi kartunis generasi berikutnya. (heddyyusuf@gmail.com)